Ini 3 Tantangan Besar yang
Hadang Pertumbuhan Ekonomi RI
Liputan6.com, Jakarta - Pembahasan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terus menumbuhkan harapan peningkatan bidang
perekonomian antar negara di kawasan Asia Tenggara. Meski demikian, Chairman
The Boston Consulting Group Hans Paul Burkner melihat ada tiga tantangan besar
yang kini masih dihadapi Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Burkner menjelaskan, persoalan utama untuk mengembangkan perekonomian di satu negara kadang bukan hanya tentang membuka peluang investasi saja. "Infrastruktur merupakan tantangan besar, bukan hanya untuk Indonesia tapi juga negara ASEAN lain. Banyak negara yang kini tengah berjuang mengembangkan infrastrukturnya," tuturnya saat menjadi pembicara di salah satu sesi dalam acara World Economic Forum on East Asia 2015, Senin (20/4/2015).
Dia menilai, MEA merupakan peluang serta kebutuhan bagi antar negara ASEAN mengingat banyak peluang investasi di berbagai sektor seperti kesehatan dan pendidikan. Meski begitu, pemerintah Indonesia juga dihadapkan dengan tantangan lain, yaitu rendahnya pemahaman terhadap kebutuhan masyarakat.
"Kurangnya pemahaman akan aspirasi masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri seperi bagaimana Anda memaanfaatkan lahan, melindungi hak rakyat, memastikanprogress dari setiap upaya yang dilakukan," terangnya.
Burkner mengingatkan, jangan sampai ada proyek infrastruktur yang tertunda hingga bertahun-tahun seperti pembangunan jembatan atau jalan tol. Itulah mengapa penting bagi pemerintah untuk senantiasa mendengarkan pendapat masyarakat.
"Tantangan terakhir adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga publik. Pemerintah juga harus mematok standar regulasi yang tepat," katanya. Pemenuhan kondisi tersebut, menurut Burkner dapat mengembangkan sejumlah bidang di mana masyarakat berkontribusi lebih besar pada kemajuan ekonomi negara.
Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan bahwa Indonesia harus bersiap agar tidak kalah saing dengan negara tetangga. Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan Indonesia.
Pertama, soal kesiapan infrastruktur. Hal itu guna menurunkan ongkos logistik. Kemudian, berdaulat atas pangan sehingga mampu menekan impor. "Ketiga manufaktur, karena manufaktur pemberi lapangan kerja," kata dia.
Di sisi lain, dia bilang tak khawatir akan kebanjiran tenaga kerja terlebih dari negara yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi seperti Singapura dan Malaysia. Alasannya, kedua negara tersebut diperkirakan sulit bergeser ke negara dengan pendapatan yang lebih rendah seperti Indonesia.
Dia pun menuturkan, jumlah penduduk Indonesia yang sekitar separuh ASEAN akan membuatnya membanjir negara-negara dengan pendapatan lebih tinggi. "Apabila nanti terjadi, tenaga kerja Indonesia yang punya keahlian dan yang tak memiliki keahlian akan cari tempat mahal, nanti orang kerja di Singapura, Malaysia paling dua itu," tutup Kalla. (Sis/Gdn)
Burkner menjelaskan, persoalan utama untuk mengembangkan perekonomian di satu negara kadang bukan hanya tentang membuka peluang investasi saja. "Infrastruktur merupakan tantangan besar, bukan hanya untuk Indonesia tapi juga negara ASEAN lain. Banyak negara yang kini tengah berjuang mengembangkan infrastrukturnya," tuturnya saat menjadi pembicara di salah satu sesi dalam acara World Economic Forum on East Asia 2015, Senin (20/4/2015).
Dia menilai, MEA merupakan peluang serta kebutuhan bagi antar negara ASEAN mengingat banyak peluang investasi di berbagai sektor seperti kesehatan dan pendidikan. Meski begitu, pemerintah Indonesia juga dihadapkan dengan tantangan lain, yaitu rendahnya pemahaman terhadap kebutuhan masyarakat.
"Kurangnya pemahaman akan aspirasi masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri seperi bagaimana Anda memaanfaatkan lahan, melindungi hak rakyat, memastikanprogress dari setiap upaya yang dilakukan," terangnya.
Burkner mengingatkan, jangan sampai ada proyek infrastruktur yang tertunda hingga bertahun-tahun seperti pembangunan jembatan atau jalan tol. Itulah mengapa penting bagi pemerintah untuk senantiasa mendengarkan pendapat masyarakat.
"Tantangan terakhir adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga publik. Pemerintah juga harus mematok standar regulasi yang tepat," katanya. Pemenuhan kondisi tersebut, menurut Burkner dapat mengembangkan sejumlah bidang di mana masyarakat berkontribusi lebih besar pada kemajuan ekonomi negara.
Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan bahwa Indonesia harus bersiap agar tidak kalah saing dengan negara tetangga. Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan Indonesia.
Pertama, soal kesiapan infrastruktur. Hal itu guna menurunkan ongkos logistik. Kemudian, berdaulat atas pangan sehingga mampu menekan impor. "Ketiga manufaktur, karena manufaktur pemberi lapangan kerja," kata dia.
Di sisi lain, dia bilang tak khawatir akan kebanjiran tenaga kerja terlebih dari negara yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi seperti Singapura dan Malaysia. Alasannya, kedua negara tersebut diperkirakan sulit bergeser ke negara dengan pendapatan yang lebih rendah seperti Indonesia.
Dia pun menuturkan, jumlah penduduk Indonesia yang sekitar separuh ASEAN akan membuatnya membanjir negara-negara dengan pendapatan lebih tinggi. "Apabila nanti terjadi, tenaga kerja Indonesia yang punya keahlian dan yang tak memiliki keahlian akan cari tempat mahal, nanti orang kerja di Singapura, Malaysia paling dua itu," tutup Kalla. (Sis/Gdn)
Dalam
menyambut MEA yang hanya tinggal menghitung bulan, yang diperkirakan akan resmi
diberlakukan tahun 2015 ini. Sejauh ini persiapan Indonesia dalam menghadapi
MEA untuk meningkatkan jiwa kompetitif dalam persaingan ekonomi antar negara
dalam bidang ekonomi terkhususnya, antara lain meningkatkan produk, modal,
investasi, infrastruktur dan permasalahan di bidang ketenagakerjaan.
Menyinggung
soal permasalahan infrastruktur yang merupakan salah satu tantangan penting
bagi pemerintah, lebih harus diperhatikan lagi. Infrastruktur dalam masa proyek
harus diselesaikan sesuai jangka waktu yang ditentukan, jangan ada penundaan
lagi. Seperti yang kita tahu, sering ada jembatan dipinggiran jalan yang
setengah jadi, jalan tol yang rusak, serta pembangunan gedung-gedung yang
kurang mendapat perhatian pemerintah. Semoga aspirasi masyarakat dapat diterima
dan didengar oleh pemerintah.
Selain
itu, soal ketenagakerjaan. Seperti yang kita ketahui, pengangguran di Indonesia
terus meningkat dan angka pengangguran terus bertambah. Sebenarnya pemerintah
tidak perlu mengkhawatirkan kekurangan akan SDM di Indonesia. Banyak tenaga
kerja yang sebenarnya memiliki potensi yang berkualitas. Permasalahan disini
adalah kurangnya pelatihan dan peralatan teknologi. Sudah 70 tahun Indonesia
merdeka, tetapi dalam bidang ketenagakerjaan masih kurang ditangani. Seharusnya
pemerintah lebih mampu memberikan kepastian lapangan kerja bagi seluruh anak
bangsa yang memiliki peluang aktif untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Intinya
adalah dengan menciptakan SDM yang berkualitas, profesional dan berkompeten, didukung
teknologi yang canggih dan memadai. Menciptakan produk inovatif yang memiliki
potensi daya saing dengan negara lain, dan peran pemerintah dalam menciptakan
iklim usaha yang kondusif. Indonesia pasti mampu bersaing secara kompeten baik
di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Daftar Pustaka