Jumat, 04 Juli 2014

Perbedaan Demokrasi di Indonesia dan Amerika

Perbedaan Demokrasi di Indonesia dan Amerika
Filed under: PolitikLeave a comment
Saya akan memberikan analisi secara singkat tentang perbedaan antara demokrasi di Indonesia dengan Amerika berdasarkan pengalaman penulis yang telah tinggal di dua negara,
Pertanyaan : Mengapa Amerika Serikat yang dikategorikan sebagai negara yang   demokratis hanya mendapatkan sekitar 60% suara sedangkan Indonesia yang di “cap” sebagai negara yang otoriter mendapatkan sekitar 90% suara?
Dalam berbagai pemilihan dalam pemilu peserta bisa dibagi-bagi menjadi beberapa kategori, pemilih yang idealis, pemilih yang pragmatis, atau pemilih yang politis. Pembagiannya lainnya bisa disederhanakan menjadi dua pemilih, yaitu pemilih politis, dan pemilih awam. Dimana secara sederhana bisa dikatan pemilih politi adalah pemilih yang terdidik, menggunakan analisa politik, dan rasio untuk menentukan pilihan ini yang disebut dengan educated voters, dan pemilih awam adalah pemilih yang memilih bukan karena alasan yang politis dan logis.
Di Indonesia sendiri, dalam pemilihan umum sering kali terjadi mobilisasi pemilih dan money politic dalam  praktek pemilihan umumnya, dimana suatu partai atau kandidad, me mobilisasi suatu massa menuju suatu TPS, agar memilih partainya, atau akan diberikan imbalan sebagai pengganti karena telah memilih dirinya, prakte-praktk seperi ini lah yang telah mencederai demokrasi itu endiri, sehingga 90% dianggap sebagai sebuah angka semu, yang tidak diketahui seberapa besar pemilih yang mengikuti pemilu atas kemauan nya sendiri. Pendekatan ini jelas sangat jauh berbeda dengan pendekatan di pemilu Amerika, dimana para calon presiden lebih menggunakan pendekatan personal di bandingkan pendekataan partai, para kandidad datang ke setiap negara bagian, dan mengadakan sebuah pertemuan langsung dengan para pemilih untuk mendengar dan menyampaikan aspirasinya, pendekatan dengan iklan, dan email sangat gencar dilakukan di Amerika, dialog antara kandidat yang disiarkan di TV pun akhirnya memberikan gambaran jelas pada para pemilih, tentang kandidatnya itu sendiri.
Kelemahan lainnya dari pemilu di Indonesia adalah karena terlalu banyaknya partai dan kandidat yang maju untuk sebuah pemilihan, tidak aeanya seleksi fit and proper tes yang ketat bagi para kandidat dan partai yang mencalonkan, ditambah lagi para pemilih diberikan pilihan yg sangat terbatas, karena pada dasarnya, partai lah yang memilih kandidat untuk dicalonkan,  akhirnya menambah kebingungan dari para pemilih di Indonesia, banyaknya partai dan kandidat dan kurangnya sosialisasi dan publikasi menjadikan pemilih merasa bingung, dan tidak mengenal dengan baik tiap-tiap calon. Permasalahan lainnya adalah berbeda dengan di Amerika dimana setiap partai mengadakan pemilihan. Dan rakyat dapat memilih siapa yang akan maju sebagai kandidat dari sekian calon yang ingin mengjukan diri dari sebuah partai. Di Indonesia rakyat hanya memilih partai yang telah ditentukan oleh partai, sehingga rakyat sebenarnya tidak benar-benar memilih, karena hanya disuguhi dengan pilihan yang telah dipilihkan oleh partai-partai tersebut.
Di Indonesia sendiri sedang dihadapkan dengan kenyataan bahwa jumlah golput dalam setiap pemilihan selalau meninggi, dan yang lebih parah lagi kebanyakan dari orang-orang yang memilih untuk golput berasal dari kalangan muda yang banyak diantaranya adalah akademisi, yang lebih “melek’ tentang realitas politik, sehingga pemilih di Indonesia lebih banyak berasal dari kalangan tua yang sangat identik dengan partaisentris, mereka tidak memilih berdasar idealism, atau program-program yang diajukan oleh kandidat, tapi lebih ke fanatisme partai yang mana adalah hasil dari rezim Orde Baru dahulu, berbeda dengan yang dialami Amerika, walapun dalam kenyataannya jumlah partisipasi pemilihan di Amerika jauh lebih rendah di banding Indonesia, namun tren di Amerika adalah semakin banyak pemilih dari kalangan muda setiap tahunnya, dimana kalangan muda ini rata-rata lebih teredukasi dalam politik di banding kalangan yang lebih tua.
Lalu tingginya tingkat pemilih di Indonesia pun tidak di barengi dengan tingginya partisipasi politik dan artikulasi kepentingan yang sehat dalam perpolitikan Indonesia.  Rakyat sangat sulit untuk bertemu dan membicarakan masalahnya dengan perwakilan yang mewakili mereka, sehingga sering kali mereka harus mengaspirasikan suara mereka dalam demo-demo, kurang terbukanya akses kepada para wakil rakyat, dan kurang di ikut sertakannya rakyat dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah adalah salah satu permasalahan akut Negara Indonesia, para wakil rakyat itu lebih sering membawa perintah partai dari pada mewakili kepentingan pemilihnya, berbeda dengan di Amerika yang akses kepada para wakl rakyat begitu mudah, sidang-sidang sangat lah terbuka, bahkan rakyat bisa juga bersuara dalam persidangan-persidangan tersebut. Hubungan antara pemilih dan yang dipilih sangatlah terjaga, dan dengan sistem yang hanya dikuasai oleh dua partai, tipisnya perbedaan ideologis kedua partai membuat para pemilih lebih fokus pada program-program yang ditawarkan dari pada pada idelogi partai-pertai tersebut.
Tingginya tingkat pemilih di Indonesia juga tida diimbangi dengan perubahan sistem yang lebih demokrtis pula, di Indonesia penduduknya dan perkembangan sangatlah tidak merata, lebih dari setengah penduduknya berada di Jawa, sehingga bisa dikatan bahwasanya presiden yang terpilih adalah presiden yang hanya mewakili hak-hak orang Jawa, berbeda dengan Amerika yang tingkat penyebaran penduduknya sudah mulai merata, sehingga tiap negara bagian bisa mendapatkan perwakilan yang sesuai dengan kepentingan mereka. Indonesia sendiri walaupun sangat demokratis tapi masih sangat bermasalah dengan moral banggsa, seperti korupsi, dan juga HAM yang belum di jaga dengan baik di negeri ini, hukum yang masih compng camping, membuat bangsa ini belum bisa memenuhi cirri-ciri demokrasi yang sesuai dengan teorinya, sehingga bisa disimpulkan walaupun tingkat partisipasi dalam pemilu sangat besar, Indonesia masih belum bisa menempatkan dirinya sebgai negara yang mempunyai sifat yg lebih demokratis  dibandingkan pemerintahan di Amerika.
I.Perbandingan sistem pilitik dalam demokrasi Liberal, Komunis dan Pancasila sebagai berikut :
  1. Demokrasi Liberal :
            a. Merupakan ciri khas Barat
            b. Berfalsafah Liberalisme
            c. Menganut asas Individualis
            d. Lebih menonjolkan HAM terutama dalam politik dan Ekonomi
            e. Mengutamakan kebebasan individu yang sangat luas
            f. Mengenal oposisi dan perbedaan diakui sepenuhnya
            g. Multi partai
            h. Contoh: negara AS, Inggris, Prancis, Italia dll.

2. Demokrasi Komunis :
            a. Merupakan ciri khas negara komunis
            b. Berfalsafah komunisme
            c. Menganut asas negara sentris
            d. Mengabaikan HAM
            e. Tidak ada kebebasan individu
            f. Tidak ada oposisi, perbedaan pendapat tidak dibenarkan
            g. Mono partai
            h. Contoh : negara RRC, Kuba

    3. Demokrasi Pancasila :
            a. Merupakan ciri khas Indonesia
            b. Berfalsafah Pancasila
            c. Menganut asas kekeluargaan dan gotong royong
            d. HAM diimbangi dengan kewajiban manusia
            e. Memberikan jaminan kebebasan yang bertanggung jawab.
            g. Multi partai
            h. Contoh Negara Indonesia

                

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar